Ada banyak nama yang diberikan untuk pulau tidak berpenghuni ini namun tetap merujuk pada sebentuk pulau kecil diseberang Pantai Tanjungpendam, yaitu: Pulau Kalamoa, Pulau Kelemuak, Pulau Kalamuak, Pulau Calamoa. Saya sendiri bingung, apa nama resmi untuk Pulau ini, yang pasti, kalau anda atau mendengarkan orang mengucap tiga nama pula diatas, semuanya merujuk pada pulau di dekat Pantai Tanjungpendam tersebut. Namun, Pemerhati sejarah dan budaya Belitung Salim YAH (yang juga menulis tentang Legenda Sang Kelingking) menjelaskan, dalam bahasa Belitung pulau tersebut disebut Pulau Kelemuak. Berasal dari kata kale atau kuale atau kuala yang artinya muara. Sedangkan moa itu nama orang Suku Sawang yang dimakamkan di pulau tersebut.
Ada banyak cerita dari mulut ke mulut tentang pulau ini tentang mitos, misalnya tentang tangga naik untuk menuju kelenteng. (oh iya, dipulau Kelemuak ini ada kelenteng tempat etnis China Belitung melakukan ritual Buang Sial. Namun sekarang ini sudah tidak jelas lagi apakah ritual Buang Sial di Pulau kalemuak masih dilakukan oleh etnis tersebut).
Kembali tentang mitos tangga naik ke kelenteng tersebut, banyak yang mengatakan – jika sempat menghitung – jumlahnya akan selalu berbeda untuk setiap orang yang menghitung. Misalnya begini, jika anda mengunjungi Pulau Kalemuak dengan rombongan, dua orang diantara anda menghitung junlah undakan anak tangga, maka hasil yang didapatkan adalah berbeda satu sama lainnya. Rasanya tidak pantas untuk dikatakan mitos, karena adalah fakta dimana banyak yang telah mengalaminya, salah satunya adalah keponakan saya sendiri!
Pulau Kelemuak berlatar belakang sunset
dilihat dari Pantai Tanjungpendam
Yang lainnya adalah tentang penampakan seorang wanita cantik sedang menunggangi naga. Wanita yang menunggang naga tersebut terbang mengambang diatas Pulau Kalemuak tersebut. Konon katanya, banyak orang yang pernah meilihat penampakan ini dan penampakan wanita cantik menunggang naga tersebut banyak yang menamainya dengan peruwujudan Dewi Kwan Im. Entahlah!
Banyak cerita yang beredar di masyarakat Belitung tentang pulau Kelemuak ini, dua diantaranya adalah yang diatas. Yang berikutnya adalah tentang terowongan (jalan tembus bawah tanah) yang konon katanya dibangun semasa penjajahan Belanda. Terowongan tersebut konon katanya menghubungkan Pulau Kelemuak dengan Museum Belitung. Namun belum ada penjelesan resmi tentang kebenaran cerita ini.
Cerita-cerita tentang Pulau kelemuak diatas, seperti sudah mendarah daging pada masyarakat Belitung. Mungkin anda yang membaca tulisan ini berkata: “itu hanyalah isapan jempol atau mitos belaka”. Namun, khusus untuk tangga naik kelenteng, sekiranya pantas untuk anda buktikan!
0 komentar:
Posting Komentar