“Warm Bodies” (2013) yang ditulis dan disutradarai oleh Jonathan Levine merupakan sebuah kisah percintaan unik antara zombie dan manusia. Meski premisnya terdengar konyol, Levine ternyata dapat meramu film yang dibintangi Nicholas Hoult dan Teresa Palmer ini menjadi sebuah komedi romantis yang manis. Ingin tahu cerita-cerita menarik di belakang film ini? Berikut ini 10 trivia tentang film “Warm Bodies”:
1. “Warm Bodies” merupakan film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Isaac Marion. Namun, sebelum menjadi sebuah novel, kisah cinta ini bermula sebagai cerpen online sepanjang tujuh halaman yang diberi judul “I Am a Zombie Filled with Love”.
Sebelum novelnya terbit ke pasaran, produser Bruna Papandrea membaca kisah ini atas rekomendasi dari temannya. Setelahnya, Papandrea langsung berniat untuk membeli hak untuk memfilmkan “Warm Bodies”. Tiga hari setelah selesai membaca bukunya, sang produser langsung pergi ke Seattle untuk bertemu dengan Marion dan menyatakan niatnya mengangkat novel tersebut ke layar lebar.
2. Berperan sebagai zombie merupakan hal yang tidak mudah. Selain harus mempertahankan gaya berjalan ala mayat hidup yang kaku namun tidak berlebihan, sebagai seorang zombie, Nicholas Hoult juga dilarang mengedipkan mata. Masalahnya, berusaha tidak berkedip ternyata sangat sulit dan membuat mata sang aktor menjadi sangat kering.
“Iya, itu adalah sebuah keputusan yang bodoh! Ya, memutuskan tidak berkedip, saya rasa itu adalah sebuah hal yang kami pikirkan, ‘Ya, zombie tidak benar-benar berkedip, kan? Kenapa mereka harus melakukan itu?’” kata Hoult dalam wawancaranya dengan Interview Magazine.
3. Menampilkan zombie yang dapat berkata-kata jarang sekali ditampilkan dalam film. Meski aneh, tetapi para pemeran “Warm Bodies” sendiri tidak hanya melakukannya asal-asalan.
Pemeran M, Rob Corddry, punya istri yang bekerja sebagai ahli terapi bicara. Untuk mendapatkan cara untuk menghasilkan gaya bicara zombie yang pas, Corddry dan istrinya mendiskusikan bagaimana ia dapat menduplikasi cara bicara yang banyak ditemui pada para pasien yang mengalami cedera otak.
“Kami bicara tentang cara pasien yang mengalami cedera otak terkadang dapat melihat kata di kepala mereka, tapi mereka tidak tahu apa itu atau apa arti kata tersebut, dan itu susah sekali untuk disampaikan,” kata Corddry dalam catatan produksi filmnya. “Jadi ketika saya menggeram, saya sedang berusaha untuk membentuk sebuah kata.”
4. Dalam film “Warm Bodies”, Nicholas Hoult harus berperan sebagai zombie yang tentu saja makanan favoritnya adalah otak manusia. Di layar, otak manusia yang dimakan R terlihat seperti sesuatu berwarna abu-abu yang lunak dan kenyal. Namun bagaimana sebenarnya rasa otak manusia buatan yang harus dimakan sang aktor tersebut? “Ini seperti kue dingin yang basah dan lembut, dicampur dengan jeruk dan bahan-bahan lain. Rasanya lumayan manis. Lumayan enak,” kata Nicholas Hoult kepada majalah People.
5. Adegan-adegan dalam film “Warm Bodies” banyak yang berlangsung di bandara. Tapi mencari sebuah bandara yang tidak lagi digunakan supaya dapat dipakai sebagai lokasi syuting adalah hal yang cukup membuat pusing. Untungnya, kepala produksi dari Summit Entertainment, Andi Isaacs, dapat menemukan lokasi penting ini di kota Montreal.
Bandara yang mereka gunakan sebagai lokasi syuting ini bernama Mirabel. Meski tak lagi berfungsi sebagai bandara untuk pesawat pengangkut penumpang, Mirabel sebenarnya masih digunakan untuk pesawat-pesawat kargo. Tetapi, karena sudah tidak digunakan kira-kira sejak enam tahun yang lalu, Mirabel memiliki kesan sebagai tempat terbengkalai dan tak terurus.
Setelah mendapat izin untuk menggunakan Mirabel, para pembuat film “Warm Bodies” tadinya akan menamainya Barack Obama International Airport. Tetapi, karena terlalu klise, mereka akhirnya menamainya Isaac Marion International Airport, berdasarkan nama dari sang novelis “Warm Bodies”.
6. Karena syuting dilakukan di Montreal dan harus dilaksanakan meski sudah menjelang musim dingin, para kru dan pemeran film “Warm Bodies” harus menaklukkan tantangan berat berupa udara yang sangat dingin.
Berakting dalam suhu udara dingin sendiri merupakan tantangan yang berat bagi Teresa Palmer, terutama karena terminal bandara yang mereka gunakan sebagai lokasi syuting memang sudah tidak digunakan dan tak punya penghangat ruangan.
Ketika harus berakting saat berada dalam adegan dimana ia sedang menaiki kereta penarik bagasi, Palmer harus berpura-pura bahwa udara di sekitarnya sebenarnya sedang hangat. Menurut sang aktris, sebenarnya saat itu suhu udaranya sekitar 0° Celcius, sampai-sampai ia kesulitan untuk bicara dengan normal dan mengutarakan dialognya.
7. Berbeda dengan zombie ganas yang banyak muncul di film akhir-akhir ini, Jonathan Levine justru ingin agar timnya tidak menciptakan sosok mayat hidup yang seram dan berdarah-darah. Ia ingin film “Warm Bodies” dapat dinikmati oleh penonton dari semua kalangan usia, sehingga inspirasi untuk menciptakan penampilan para mayat hidup dalam filmnya lebih banyak diambil dari tampilan foto orang-orang yang hidup di Era Depresi dan juga dari foto-foto para penambang batu bara.
8. Butuh empat tahapan utama bagi tim make-up film “Warm Bodies” untuk menciptakan tampilan R yang berangsur-angsur kembali berubah menjadi normal. Di tahap pertama, R perlu untuk terlihat benar-benar seperti zombie. Ia pun didandani supaya kulitnya terlihat pucat. Tampilan pembuluh vena berwarna gelap di wajah dan lehernya pun ditambahkan dengan tato tempelan. Nicholas Hoult juga harus menggunakan lensa kontak berwarna biru pucat supaya terlihat seperti orang yang sudah mati. Selain itu, sedikit efek nanah zombie juga ditambahkan di telinga dan sudut mulutnya.
Di tahap kedua, tampilan pembuluh vena di lehernya sudah tidak terlalu terlihat dan kulitnya mulai menjadi sedikit lebih kemerahan. Di tahapan ketiga, R lebih terlihat seperti seorang pria yang sedang sakit. Di tahap terakhir, R pun ditransformasikan kembali sebagai seorang manusia dan terlihat kembali hidup.
9. Daerah yang ditempati oleh koloni manusia yang belum terinfeksi menjadi zombie dinamakan Green Zone. Daerah ini digambarkan sebagai sebuah daerah besar yang dilindungi oleh tembok raksasa di semua sisinya. Tapi dengan biaya pembuatan hanya $35 juta, bagaimana Levine dan timnya dapat membuat Green Zone terlihat megah meski dengan dana terbatas?
Itu merupakan tugas sang desainer produksi, Martin Whist. Lokasi dasar yang digunakan sebagai bagian dalam Green Zone adalah Old Montreal, yang lingkungannya lebih indah dan bersih. Sementara itu, bagian luarnya dirancang seperti daerah operasi militer. Untuk menambahkan kesan sebuah komunitas yang realistis, timnya memasukkan sapi dan kambing dalam Green Zone untuk menggambarkan bahwa ini adalah daerah yang hidup dan dihuni oleh manusia yang masih berusaha untuk memikirkan bagaimana caranya mencari makan. Sementara itu, dinding yang membatasi Green Zone dibuat lebih tinggi dengan bantuan efek komputer yang ditangani oleh supervisor VFX, Dan Schrecker.
10. Untuk membuat Dead Zone — daerah di luar tembok Green Zone dimana para zombie berkeliaran dengan bebas — Martin Whist dan krunya menggunakan tanaman dan tanah untuk mengubah lokasi yang digunakan supaya terlihat sudah lama tidak ditempati manusia.
Selain itu, bekas-bekas graffiti di dinding juga digunakan untuk menggambarkan keresahan sosial yang terjadi saat kota tersebut belum sepenuhnya dikuasai oleh zombie. Tapi, Whist dan timnya tentu saja dilarang untuk mencoret-coret tembok di jalanan historis Old Montreal. Akhirnya, untuk membuat graffiti tersebut, timnya melapisi dinding dengan plastik yang melekat ke tembok ketika dipanaskan, baru melapisinya dengan graffiti.
Photo Credit:
WarmBodies-Stills01, Stills02, Stills05 - Photo by Jan Thijs – © 2012 - Summit Entertainment, LLC.
WarmBodies-Stills03 - Photo by Jonathan Wenk – © 2011 Summit Entertainment, LLC.
Quotes:
Interview Magazine: “Yeah that was a stupid decision! Yeah, deciding not to blink, I guess it was one of those things where we were like, "Yeah, zombies don't really blink, right? Why would they do that?" So the contacts actually helped with that. Being behind lenses it did kind of make me feel like I was stuck in my own head a bit.” (http://www.interviewmagazine.com/film/nicholas-hoult-warm-bodies#_)
People: “It was kind of a wet, soft, cold cake mixed with grapefruit and peachy stuff," Hoult says of filming those scenes. "It was quite sweet.” (http://www.people.com/people/article/0,,20666091,00.html)
Production Notes – Rob Corddry: “I went about it as if I was playing a brain‐injured patient," says the actor, whose wife is a speech therapist. "We talked about how brain‐injured patients can sometimes see the word in their head, but they don't know what it is or what it means, and it's hard to get it out. So, even when I'm grunting, I'm trying to make a word." (softcopy)
0 komentar:
Posting Komentar