Belitung selain dikenal dikenal dengan Negeri Laskar Pelangi, Pulau Timah, Karibia dari Timur, juga dikenal memiliki potensi wisata pantai dan keanekaragaman adat, budaya dan tradisi yang unik.
Buang Jong demikianlah nama salah satu adat, budaya dan tradisi yang dimiliki oleh Belitung, diadakan di Desa Selinsing, Kecamatan Gantung - Kabupaten Belitung Timur sekitar 10 Km dari pusat Kota Manggar – Ibukota Kabupaten Belitung Timur. Ritual Buang Jong adalah merupakan salah satu ritual adat kepercayaan Suku Sawang (Suku Laut) yang berdomisili di Desa Selinsing – Gantung.
Sekilas Tentang Suku Sawang
Suku Sawang atau disebut Suku Laut oleh masyarakat sekitar merupakan Suku Pendatang diwilayah Kabupaten Belitung Timur, dari beberapa informasi yang diperoleh kemungkinan besar sudah menetap di Desa Selinsing – Kecamatan Gantung sejak Jaman Penjajahan Belanda dan Penjajahan Jepang di Indonesia.
Suku Sawang diperkirakan berasal dari Kepulauan Riau dan hidup berpindah-pindah (Nomaden) diatas perahu, sebagian besar menganut agama Islam dan dan sebagian menganut aliran kepercayaan sedangkan bahasa yang digunakan sehari-hari dan secara umum adalah bahasa Indonesia, Bahasa Melayu dan Bahasa Suku laut.
Sesuai namanya suku ini kebanyakan berprofesi sebagai nelayan, dan pada saat ini diperkirakan komunitas suku sawang mencapai 50 Kepala Keluarga dan hidup rukun serta berinteraksi dengan penduduk/ masyarakat sekitar.
Ritual Buang Jong
Prosesi ritual diawali dengan membuat miniatur menyerupai perahu/ kapal laut yang dalam bahasa setempat disebut Jong dan Ancak, sebagai bentuk personifikasi atau media penghubung dengan Sang Pencipta.
Acara pokok dilaksanakan pada malam harinya sekitar pukul 21.00 WIB, setelah tetua adat atau yang biasanya disebut Dukun Adat merapalkan mantera sebagi simbol pembukaan acara ini. Secara bersama-sama baik tua, muda, laki-laki dan perempuan bersuka cita bernyayi dan mendendangkan syair-syair yang dinilai mengandung daya magis sambil mengelilingi miniatur perahu diiringi alat music tradisional suku sawang. Tampak beberapa kaum lelaki sambil memanggul ancak terlihat sangat antusias mengikuti prosesi ini, terkadang tidak jarang terlihat beberapa diantaranya hilang kesadarannya atau dalam kepercayaannya kemasukan roh yang diyakini sebagai arwah para leluhur yang juga ikut serta hadir dalam ritual tersebut.
Sepanjang malam acara ini terus berlanjut secara meriah, seluruh masyarakat sekitar juga tampak ikut larut dalam acara ini, hingga menjelang subuh acara ini pun berakhir.
Dan puncak acara dari ritual Buang Jong ini pun dimulai dengan arak-arakan kendaraan membawa miniatur perahu ke pantai (dalam ritual ini dilaksanakan di Pantai Mudong) dengan menggunakan sarana transportasi kendaraan roda empat.
Setibanya dilokasi yang dimaksud, para tetua adat dan dukun suku melakukan ritual serta membaca beberapa mantera untuk persiapan pelepasan perahu kelaut, kemudian acara dilanjutkan dengan tarian tradisional suku sawang oleh Muda-mudi setempat dengan diiiringi tetabuh gendang yang bertalu-talu, acara inipun secara resmi dilaksanakan sebagai bentuk dimulainya acara pelepasan/ buang jong dan ancak kelaut lepas.
Setelah tibanya waktu yang diyakini tepat, kemudian perahu diarak ketengah lautan setelah sebelumnya dilakukan ritual mengelilingi perahu dengan nyayian dan syair-syair oleh seluruh peserta ritual.
Acara ritual Buang Jong ini sebenarnya sangat menarik dan meriah dan kalau dikemas secara professional tentunya akan membangkitkan wisata budaya sehingga mengundang wisatawan domistik bahkan wisata mancanegara, eksotisme Suku Sawang memang belum sepenuhnya dikenal, kita sebagai anak negeri dan pemerintahan daerah berkewajiban untuk mengangkatnya.
0 komentar:
Posting Komentar