
Jakarta - Para peneliti di Amerika Serikat berhasil memberikan "indera keenam" kepada tikus-tikus laboratorium, dengan memasang sebuah elektroda yang dilengkapi dengan pendeteksi sinar infra merah di dalam otak bintang pengerat itu. Dengan perangkat itu, tikus-tikus tersebut bisa melihat sinar infra merah, yang normalnya tidak bisa mereka lihat.
Tim peneliti dari Duke University, North California, AS memasang pendeteksi sinar infra merah yang disatukan dalam sebuah elektroda mikroskopik ke dalam otak tikus, khususnya bagian otak yang memproses sinyal dari indera peraba binatang tersebut.
Miguel Nicolelis, pemimpin penelitian yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Nature Communication, mengatakan itu adalah pertama kalinya sebuah interface berbasis mesin yang ditanam pada otak, membantu menambah indera pada binatang dewasa.
Eksperimen itu juga menunjukkan bahwa sebuah sensor baru bisa diterjemahkan oleh bagian otak yang biasanya memproses informasi lain, tanpa membajak tugas atau fungsi asli dari bagian otak tersebut.
"Kami bisa menciptakan perangkat yang sensitif terhadap energi fisika apa pun," kata Nicolelis, "Energi itu bisa berupa bidang magnetik, gelombang radio, atau ultrasound. Kami memilih sinar infra merah karena energinya tidak mengganggu rekaman elektrofisiologis kami."
Dalam eksperimen itu para peneliti menggunakan sebuah ruang gelap dengan dengan hanya tiga sumber cahaya. Ketiga sumber cahaya itu dihidup-matikan secara acak.
Awalnya para peneliti mengajari tikus-tikus itu untuk memilih sumber cahaya yang aktif, dengan mencucukan hidung mereka ke dalam lubang. Di dalam lubang itu juga disediakan air yang menjadi imbalan bagi tikus-tikus tersebut.
Tahap berikutnya mereka menanam mikroelektroda, yang ukurannya hanya sepersepuluh dari diameter helai rambut manusia, ke dalam otak binatang tersebut. Pada elektroda itu direkatkan dengan pendeteksi sinar inframerah.
Tikus-tikus itu kemudian dimasukkan kembali ke dalam ruang eksperimen itu. Pada awalnya tikus-tikus itu terus menggaruk muka mereka yang terpapar sinar inframerah. Artinya, menurut para ilmuwan itu, mereka menginderai sinar itu seperti sentuhan.
Tetapi setelah sebulan, tikus-tikus itu mulai belajar untuk mengasosiasikan sinyal-sinyal dalam otak mereka dengan sumber cahaya infra merah. Mereka mulai secara aktif mencari sumber sinar itu dan bisa dengan sempurna menemukan sumber-sumber cahaya tersebut.
Temuan kunci lain dalam eksperimen itu adalah para peneliti mengatahui bahwa fungsi korteks di otak yang biasanya memproses informasi yang berhubungan denga indera peraba - tempat elektroda itu ditanam - tidak berkurang karena dipaksa untuk memproses informasi tentang infra merah tersebut.
Sumber:BBC
0 komentar:
Posting Komentar