
10 tahun pasca penggulingan Saddam Hussein oleh Amerika Serikat, ternyata masyarakat negara itu belum merasakan perubahan yang digaungkan saat rejim Saddam dijatuhkan. "Janji Amerika bagi hidup yang lebih baik tak lebih dari sekedar khayalan belaka," kata seorang pria Irak Abu Ali, saat berbincang dengan temannya di satu kedai kopi di Kabupaten Mansour, Baghdad barat. "Kita telah mengalami hidup yang panjang dan menyakitkan akibat pertumpahan darah dan kekacauan selama 10 tahun belakangan," tambahnya lagi. Bagi masyarakat Irak, utamanya Bagdad, kemajuan dalam pembangunan kembali negeri mereka, yang diporak-porandakan perang, telah berjalan sangat lambat dan Iran yang stabil serta makmur masih jauh dari jangkauan.
Berbeda dengan Ali, pria lain bernama Abu Ahmed menyatakan justru ia merasa 10 tahun terakhir kebebasan berdemokrasi cukup dirasakan. Meski demikian ia mengakui pelanggaran hak asasi manusia cukup tinggi dibanding dulu saat Saddam berjaya. Hal ini diamini pula oleh seorang insinyur berusia 48 tahun, Ammar Hussein. Pada kantor berita Xinhua ia mengatakan tak sebanding pembangunan yang ada sekarang, dengan pengeluaran besar sejak tahun 2003 lalu.
Terkait dengan lambannya pembangunan Irak, sebuah komite di negeri itu tahun 2012 lalu bahkan menyatakan pemerintah telah gagal memperbaiki pasokan listrik di Irak, meskipun pemerintah telah mengeluarkan sebanyak 27 miliar dolar AS pada sektor listrik sejak 2003. "Kami masih menghadapi kekurangan listrik secara akut. Musim panas akan segera tiba, dan kami biasanya menyaksikan pemadaman barangkali lebih dari 10 jam per hai," kata Hussein.
10 TAHUN SADDAM TUMBANG, RAKYAT IRAK SEMAKIN SENGSARA
0 komentar:
Posting Komentar